Kulangkahkan kakiku memasuki sebuah café di pinggir jalan kota London yang sedang ramai malam itu. Model pakaian yang identik satu dengan yang lainnya, sampai model sepatu yang tipikal baik lelaki maupun wanita. Musim dingin kali ini adalah musim dingin keduaku di kota dengan Ben si Besar. Juga dengan diriku yang kedua, bukan lagi dengan diriku yang pertama. Aku berhenti di sebuah antrean panjang di depan meja kasir. Menanti sampai saatnya giliranku untuk memesan apa yang ingin aku minum dan juga yang ingin ia minum.
Kuangkat kepalaku untukmelihat berbagai macam menu kopi yang menggantung dari langit-langit. Sudah pasti dia akan memesan The Americano. Tapi, bagaimana denganku? Hot Chocolate saja, atau The Cappuccino? Sudah lama aku tidak minum hot chocolate, terutama sejak si penggemar kopi ini berada di sampingku. Ia yang akan memesankan kopi untukku tanpa meminta persetujuanku. Walau perlu kuakui, kopi yang ia pesankan untukku adalah kopi ringan yang sangat nikmat. Entah bagaimana ia memesankannya untukku sebab struknya selalu ia simpan sendiri tanpa pernah menunjukkannya kepadaku. Continue reading “No Longer You but It’s Still You”